Senjata Dewa

Oleh Dahlan Iskan

Senjata Dewa
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya pernah menulis, kapan itu, bagaimana sulitnya rapat-rapat direksi di MAS. Direksi yang asal Malaysia menganggap teman mereka yang dari Singapura main putuskan, main potong, main data.

Cara bicaranya pun sangat langsung. Tidak menjaga perasaan sama sekali. Apalagi kalau sudah menyangkut keuangan.

Sedang direksi yang dari Singapura mengeluh sulit sekali mendapat persetujuan dari direksi perwakilan Malaysia. Kadang yang asal Singapura itu sulit menebak apa yang sebenarnya diinginkan rekan mereka yang dari Malaysia.

Akhirnya Singapura tidak tahan lagi. Mereka tidak bisa berada dalam satu tim perusahaan seperti itu. Maka berdirilah Singapore Airlines. Yang begitu pesat kemajuannya.

Sedang MAS sebenarnya juga begitu semangat ingin bersaing. Namun sebatas semangat.

MAS pun kian sulit. Sudah berkali-kali diselamatkan dengan suntikan uang negara. Tidak selamat juga. Tahun lalu sudah mulai ada pembicaraan: MAS minta agar Singapore Airlines menyelamatkannya.(Baca juga: Pacar Lama)

Saya tidak menganggap tim Erick Thohir ini seperti sikap perwakilan Singapura itu. Setidaknya di tulisan ini.

Secara lahiriah Erick Thohir dan timnya adalah orang yang bisa menjaga perasaan. Masalahnya: kita pilih terus jaga perasaan atau pilih maju cepat. Tentu banyak yang memilih dua-duanya. Tapi kadang tidak selamanya bisa begitu.

Saya lihat Erick Thohir punya kepribadian yang bisa menjaga kehormatan para senior. Demikian juga Budi Sadikin dan Doni Monardo.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News