Senjata Yubo

Oleh: Dahlan Iskan

Senjata Yubo
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Dari situ memang ada pengaduan ke 911. Yakni ketika dua orang yang baru keluar dari rumah mayat ditembak Salvador Ramos remaja 18 tahun itu.

Lokasi rumah mayat yang di sebelah sekolah menyebabkan polisi tidak mengira ada juga penembakan di sekolah. Yang justru lebih dahsyat. Dengan pelaku yang sama.

Polisi akhirnya juga ke sekolah itu. Namun, lebih banyak berkumpul di koridor. Tidak segera bertindak. Sampai ada orang tua siswa yang minta ke polisi agar memberikan senjata dan rompinya. Ia sendiri yang akan mendobrak masuk ke dalam kelas.

Di lain pihak, beberapa siswa yang tergeletak di lantai, sempat menelepon 911. Dengan ketakutan. Minta tolong. Agar dikirim segera polisi.

Siswa itu meraih HP milik guru mereka yang tergeletak tewas di sebelahnya. Itu berani mereka lakukan karena Ramos, Si pembawa senjata, lagi ke kelas sebelah.

Mereka juga berani meraih darah dari lantai untuk diusapkan ke seluruh badan. Juga darah dari teman mereka yang sudah tewas. Lalu pura-pura sudah mati.

Komandan Pete berpikiran lain. Ia tetap menunggu kunci cadangan. Untuk bisa masuk ke kelas. Kunci itu masih diambil dari petugas pembawa kunci cadangan. Lama sekali.

Ia tetap tidak mau mendobrak pintu atau jendela. Ia berpikir Ramos sedang berlindung dan siap menembak. Pikiran Pete lainnya: toh sudah tidak ada suara penembakan lagi. Itu ia anggap keadaan tidak membahayakan siswa lagi.

Salvador Ramos di Yubo pernah mengancam si wanita untuk diperkosa dan dibunuh, bahkan dia akan menembaki sekolah si wanita itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News