Senyum Muda
Oleh: Dahlan Iskan
Matahari menyentrongkan sinar terkuatnya. Langit seperti berdebu. Hati pun galau: bagaimana bisa keluar dari sini. Saya tidak punya apps taksi Saudi.
Coba saya masih muda, mungkin lebih pintar menggunakan segala cara yang ada di HP.
Saya raba dompet. Masih ada. Berarti ada uang. Rasanya itu senjata terbaik saat itu.
Rasanya si amplop tadi memasukkan beberapa lembar uang real ke dompet. Termasuk beberapa lembar @200 real. Baru tahu. Saya kira nominal tertinggi itu lembar 100 real.
"Akan selalu ada orang baik di mana pun".
Di samping banyak juga yang tidak baik.
Saya tanya beberapa hati di situ. Semua pendatang. Saya belum mau menggunakan senjata terakhir. Toh, saya belum seperti Didi Kempot: bertanya sampai ke 1.000 hati. Sampai kelelahan dan meninggal dunia.
Saya lihat di rest area ini ada bengkel mobil. Sepi. Beberapa montirnya duduk di lantai semen: makan bersama.