Sepenggal Cerita Ogoh-ogoh Bali di Sudut Belitung
jpnn.com - Hampir semua orang di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Babel disibukkan dengan persiapan untuk gerhana matahari total pada Rabu besok. Namun, di sudut lain kota itu, ada kesibukan tak biasanya yang mungkin tidak disadari para turis lokal, mancanegara maupun penduduk lainnya. Sekelompok orang di Kampung Pelepak Pute itu tampak sibuk merangkai dua ogoh-ogoh. Mereka aadalah warga dusun Balitung, orang asli Bali di Belitung.
Natalia Laurens, Belitung
Tak banyak yang mengetahui besok adalah perayaan Nyepi bagi umat beragama Hindu. Karena itulah, sekitar 850 warga Balitung, malam ini memulai perarakan ogoh-ogoh di kampung mereka. Layak-layaknya perayaan ogoh-ogoh di Bali, mereka juga merakit sebuah ogoh-ogoh besar sejak tiga minggu lamanya. Pada Selasa malam (8/3) pukul 20:00, sebuah ogoh-ogoh itu pun siap diarak keliling kampung. Terdapat dua ogoh-ogoh yang diusung. Satunya berbentuk buta kale. Berikutnya berbentuk pocong dengan ukuran yang lebih kecil.
“Ini sudah kami siapkan sejak beberapa minggu lalu. Semua berpartisipasi, karena semua di sini memang asli Bali,” ujar Wakil Adat di Bali Wayan Darmawan pada JPNN.
Saat itu, ia sedang mempersiapkan ogoh-orang yang akan diarak. Barisan perarakan diatur meski hanya perayaan kecil-kecilan. Belasan anak gadis usia SMP ditugasi membawa api obor yang menerangi perarakan. Mereka berada di barisan depan dengan baju kaus dan kain bali yang dilipat menyerupai rok. Sementara para pemuda bertugas membawa gong, alat musik gending dan tentu saja memikul sang ogoh-ogoh dengan gerakan tidak stabil, seolah-olah buta kala sedang marah dan ingin menggoncang dunia.
Perarakan ini dimulai dari Pura Agung di Balitung tersebut. Hanya minoritas, tapi perayaan ini berlangsung sangat meriah. Mereka berjalan kaki beriringan sebanyak empat kali. Teriakan-teriakan kecil terdengar saat ogoh-ogoh yang diusung bergoncang dengan keras.
“Ini sudah menjadi ritual kami sebelum Nyepi, sejak warga Bali tiba di Belitung pada 1991 lalu,” imbuhnya.
Setelah selesai perarakan, mereka pun membakar ogoh-ogoh pocong itu. Darmawan juga mengingatkan, besok warga Bali tetap di dalam rumah meski semua orang disibukkan nonton gerhana matahari total. Akan ada petugas alias pecalang yang akan mengawasi rumah-rumah agar benar-benar dipastikan tenang dan menaati aturan dalam Nyepi.
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara