Sepuluh Tahun Amerika Serikat Dibayangi Trauma Tragedi 9/11
Keamanan Ketat Usik Gaya Hidup dan Kenyamanan Warga
Senin, 12 September 2011 – 03:09 WIB
Nah, empat hari sebelum peringatan sepuluh tahun tragedi 9/11, saya kembali ke AS. Saya sangat tertegun gembira saat disapa ”How are you?” oleh petugas imigrasi di Seattle Tacoma International Airport (Seatec). Di sana, mereka hanya mengajukan tujuh pertanyaan secara ramah, lalu memberikan stempel paspor dengan wajah ceria serta mengembalikan paspor sambil tersenyum dan berujar, ”Enjoy your trip.” Mungkin paspor saya sudah dinyatakan ”bersih diri”.
Sapaan ”How are you?” membuat perasaan berdebar-debar saya hilang. Senyum petugas berpostur kekar itu membuat rasa gundah saya lenyap seketika. Maklum, saat masuk ke bandara-bandara di AS, prosedur belum berubah.
Saya sangat takut untuk melewati prosedur tersebut. Apalagi, sepatu, ikat pinggang, jam tangan, dompet, laptop, kacamata, handphone, kamera, dan semua barang harus dikeluarkan dari tas. Karena itu, saking leganya, ketika petugas menyerahkan paspor, saya benar-benar merasa sebagai orang tercepat yang melewati pemeriksaan di imigrasi.
Apa yang saya alami ternyata juga dirasakan warga AS. Sepuluh tahun setelah 9/11, publik Paman Sam mempertanyakan keberadaan Transportation Security Authorization (TSA) dan Department of Homeland Security, departemen yang membawahkan imigrasi, bea cukai, dan border cross area (lintas perbatasan). Itu merupakan sebuah departemen yang lahir setelah serangan teroris terhadap gedung kembar World Trade Center (WTC) di Lower Manhattan, New York, 11 September 2011.
Pada 2002, setahun pascatragedi 9/11, di Lax Los Angeles International Airport, petugas imigrasi menyapa dengan rasa curiga. ”What you do in
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408