Serang Libya, AS Terancam Bangkrut

Kadhafi Semangati Pendukung, Koalisi Terancam Pecah

Serang Libya, AS Terancam Bangkrut
Serang Libya, AS Terancam Bangkrut
Persoalannya, koalisi pun mulai dilanda sejumlah masalah. Selain terjadi perpecahan antaranggota Fakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), mereka menghadapi persoalan keuangan. Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis mulai megap-megap akibat besarnya biaya serbuan udara ke Libya itu.

Bayangkan, pada hari pertama operasi militer yang diberi nama "Perjalanan Fajar" itu saja, AS sudah menghabiskan USD 100 juta (sekitar Rp 850 miliar). Itu hanya digunakan untuk rudal. Diperkirakan, Negeri Paman Sam membutuhkan dana di atas USD 1 miliar (Rp 8,5 triliun) jika nekat meneruskan keterlibatannya di Libya.

Padahal, negeri yang masih dalam proses bangkit dari krisis finansial global yang melanda tiga tahun silam itu harus membiayai mesin-mesin perangnya di dua tempat lain, yakni Iraq dan Afghanistan. Di Afghanistan saja, per bulan si "Polisi Dunia" itu harus membelanjakan USD 9 miliar (Rp 76,5 triliun).

Tidak heran bila seorang pejabat senior di Bank Sentral AS mengingatkan bahwa negeri yang dipimpin Barack Obama itu terancam bangkrut. "Itu jika kita terus bertahan di jalur fiskal yang selama ini ditempuh para pemegang otoritas," ujar Richard Fisher, presiden Bank Sentral Cabang Dallas.

TRIPOLI - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton boleh berkoar bahwa ada tanda-tanda Muammar Kadhafi mulai mencari exit strategy. Tetapi,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News