Serangan Rusia Banyak yang Meleset, Syria Hanya Ajang Unjuk Kekuatan
DUA negara yang terlibat Perang Dingin, Amerika Serikat dan Rusia, harus berhadapan dalam pusaran krisis Syria meski tidak frontal. Sebelumnya, AS dan Rusia bertarung di Amerika Tengah, Afrika, dan Afghanistan dalam bentuk ideologi.
---------------
Kritikan dan tekanan dari Amerika Serikat (AS) dan para sekutu tidak menyurutkan niat Rusia untuk membantu Presiden Syria Bashar Al Assad. Kemarin (3/10) serangan udara oleh Moskow memasuki hari keempat. Puluhan serangan udara juga telah diluncurkan ke markas-markas Islamic State (IS) atau yang lebih dikenal dengan ISIS.
Kantor berita Tass di Rusia melaporkan, pada Jumat (2/10), ada lebih dari 20 serangan udara yang dilancarkan. Serangan tersebut menyasar 9 lokasi dan fasilitas milik ISIS. Salah satunya adalah pos komando ISIS di dekat Raqqa dan bungker bawah tanah.
''Selama 24 jam lalu, jet tempur SU-34 dan SU-24M milik Rusia di Syria membuat lebih dari 20 serangan di lebih dari 9 fasilitas serta infrastruktur milik ISIS,'' kata Kementerian Pertahanan Rusia kemarin. Selain di Raqqa, serangan dilakukan di utara Provinsi Aleppo, sekitar Provinsi Idlib, dan Kota Hama.
Pernyataan itu dibenarkan pengamat HAM Syria. Mereka menegaskan bahwa serangan Rusia memang mengenai markas ISIS di sebelah barat Raqqa. Suara ledakan bahkan terdengar sangat keras di Kota Raqqa. Serangan jet tempur Rusia sepanjang minggu ini telah menewaskan setidaknya 12 anggota ISIS. Sejak 2013, Kota Raqqa memang diklaim sebagai ibu kota ISIS di Syria.
Meski begitu, serangan udara Rusia tersebut juga mengenai markas para pemberontak yang telah dilatih AS. Selain itu, beberapa penduduk sipil tewas. Dalam serangan di rumah sakit Kota Hama, beberapa dokter terluka. Hal itu tentu saja makin menguatkan tudingan Negeri Paman Sam dan sekutunya bahwa serangan Negeri Beruang Merah tersebut sejatinya menarget para pemberontak yang ingin menggulingkan Assad.
''Kami prihatin atas pembangunan pangkalan militer Rusia di Syria serta serangan pasukan angkatan udara mereka di Hama, Homs, dan Idlib yang mengakibatkan korban penduduk sipil dan tidak menyasar ISIS,'' ujar pernyataan bersama yang dikeluarkan AS, Inggris, Turki, Prancis, Jerman, Qatar, dan Arab Saudi.
Di tempat terpisah, Presiden AS Barack Obama mengadakan konferensi pers di Gedung Putih untuk menanggapi serangan Rusia. Dia menyatakan bahwa Rusia tidak bisa membedakan antara pasukan ISIS dan oposisi Sunni yang ingin Assad lengser.
''Dari perspektif mereka (Rusia, Red), semua adalah teroris. Itulah resep untuk sebuah bencana,'' tegas Obama. Serangan Rusia diperkirakan hanya membuat ekstremisme di Syria kian menguat. AS menolak bekerja sama dengan Rusia jika Putin terus mendukung Assad.
DUA negara yang terlibat Perang Dingin, Amerika Serikat dan Rusia, harus berhadapan dalam pusaran krisis Syria meski tidak frontal. Sebelumnya, AS
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer