Serangan Umum 1 Maret, Klaim & Versi (daripada) Soeharto

Serangan Umum 1 Maret, Klaim & Versi (daripada) Soeharto
Presiden Kedua RI Soeharto sedang menelepon di kantornya di Bina Graha, Jakarta Pusat. Foto: Antara Foto

Menurut dia, Kolonel Dirk Reinhard Adelbert van Langen sebagai komandan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) yang baru bangun tidur terkejut oleh gempuran TNI. Tentara Belanda yang lahir di Magelang itu sampai merasa perlu meminta bantuan pasukan dari Semarang.

Tak lama setelah SU 1 Maret dimulai, TNI sudah mampu meguasai seluruh kota. Bendera Merah Putih berkibar di Jalan Malioboro, sementara pekik ‘merdeka’ juga menggema di mana-mana.

“Yogya kami kuasai hingga tengah hari. Memang sejak semula kami tidak berniat mendudukinya dan mempertahankannya terus. Enam jam saja kami duduki Yogya. Itu pun sudah cukup untuk mencapai tujuan kami,” cerita Soeharto.

SU 1 Maret itu langsung mendunia. Opsir Udara III AURI Boediarjo mengabarkan serangan dadakan tersebut melalui pemancar radio di Playen, Wonosari, Gunungkidul.

Belanda murka dengan serangan umum yang kabarnya sampai menginternasional tersebut . Pada 9-10 Maret 1949, KNIL menyerang Wonosari secara besar-besaran.

“Dalam hati, saya tertawa, karena dengan serangan itu Belanda masuk perangkap strategi saya. Mereka tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk pembersihan di kota. Rakyat kita di kota selamat dari pembalasan Belanda,” kisah Pak Harto.

Menurut Pak Harto, SU 1 Maret 1949 sangat berpengaruh di dunia internasional. Dewan Keamanan PBB pun mendesak Belanda menghentikan aksi militer dan segera berunding dengan Indonesia.

“Sesuai dengan Perjanjian Roem-Royen 7 Mei 1949, pasukan Belanda yang tadinya ada di ibu kota RI harus meninggalkan Yogya dan pasukan RI dengan segenap aparat pemerintahannya kembali,” tutur Pak Harto. (jpnn.com)


Menurut Seoharto, Serangan Umum 1 Maret 1949 sangat berpengaruh di dunia internasional.


Redaktur : Fathan Sinaga
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News