Serapan Tembakau Lokal Rendah, Sampoerna Maksimalkan IPS

’’Selain itu, ada alat aplikasi penghambat tunas yang mampu menghemat waktu pengerjaan hingga lebih dari 60 persen,’’ tutur Elvira.
Hingga kini, total petani yang bergabung dalam program IPS mencapai 27.500 orang.
Selain di NTB, mereka tersebar di beberapa daerah seperti Jember, Wonogiri, Malang, Rembang, Blitar, dan Lumajang.
Mereka telah menggarap lahan tembakau seluas 24 ribu hektare persegi.
Leaf Agronomy Manager PT HM Sampoerna Tbk Bakti Kurniawan menuturkan bahwa kini Sampoerna perlahan telah meninggalkan sistem pembelian daun tembakau dari pasar bebas.
’’Kami terus meningkatkan penerapan sistem pembelian dengan kontrak langsung melalui perusahaan pemasok tembakau yang bermitra dengan petani,’’ ujarnya.
Saat ini, pembelian tembakau dari petani kontrak tumbuh secara signifikan dari 12 persen pada 2011 menjadi 70 persen.
Selain itu, 70 persen kebutuhan tembakau Sampoerna kini telah dipenuhi oleh suplai dari petani.
Banyaknya petani yang belum bisa menjual hasil panen secara langsung membuat serapan tembakau lokal masih rendah.
- Eks Direktur WHO Sebut 3 Faktor Penghambat Turunnya Prevalensi Merokok di Indonesia
- GAPPRI Sarankan Lebih Baik Kampanye Edukasi Dibanding Pembatasan Penjualan Rokok
- Lewat Ekspansi Ekspor Produk Tembakau Inovatif, Sampoerna Dukung Pertumbuhan Ekonomi
- Adopsi FCTC di RI Dinilai Tak Relevan karena Indonesia Negara Produsen Tembakau
- Sampoerna Dukung Pertumbuhan Ekonomi melalui Ekspansi Ekspor Produk Tembakau Inovatif
- MPKI: Kepala Daerah Bertanggung Jawab Melindungi Ekosistem Pertembakauan Nasional