Serda Mila, Prajurit TNI di Sudan Pakai Bahasa Isyarat agar tak Dilempar Batu
Kerusuhan yang terjadi berakibat pada krisis kemanusian, kelaparan dan pengungsian. Bekerja sebagai staf keuangan, Mila jarang mengikuti patroli.
Ia cerita, di sana tidak ada bangunan tinggi yang menjulang apalagi kendaraan roda empat. Warga menggunakan keledai sebagai transportasi utama.
Bangunan rumah warga dibangun dari rerumputan, dengan gaya hidup masyarakat yang sederhana. Perekonomian rendah yang membuat warganya hidup jauh dari kata layak.
Maka tak heran ada saja warga yang kerap mencuri. Kala berinteraksi dengan masyarakat ia terkendala penggunaan bahasa. Karena warga hanya mampu menggunakan bahasa Arab.
Alhasil ia kerap menggunakan bahasa tubuh, bahasa isyarat. Sesuai ketentuan UN (United Nations) yang tidak memperkenankan pasukan memberikan bantuan saat melakukan patroli.
Sebab, insiden lempar batu bisa saja terjadi bila pasukan tidak memberikan bantuan kepada mereka yang tidak kebagian.
Tapi, pada waktu tertentu pasukan bisa memberikan bantuan secara langsung. Baik berupa makanan, pakaian, hingga pembangunan masjid.
“Warga terlihat begitu senang bila pasukan Indonesia lewat dan datang, karena pasukan kita kerap melakukan kunjungan untuk membantu warga,” ungkap Mila.
WAJAH-wajah memelas dengan pakaian begitu lusuh berlarian. Mereka mengejar tiap mobil yang melintas.
- Memperkuat Kemampuan Tempur, Kopaska Latihan Peperangan Laut Khusus
- TNI Tegaskan tak Ada Ampun Bagi Prajurit Terlibat Judi Online
- Pomdam Bukit Barisan Periksa 45 Prajurit Buntut Bentrok dengan Warga Deli Serdang
- Prajurit TNI Diduga Serang Warga di Siburu-Biru, Kang TB Singgung Hukuman ke Komandan
- Prajurit Divif 1 Kostrad Selamatkan Bayi Laki-Laki, Warga Berikan Apresiasi
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter