Serda Mila, Prajurit TNI di Sudan Pakai Bahasa Isyarat agar tak Dilempar Batu
Setiap hari, para ibu bersama buah hatinya mengantre untuk mencari air. Mereka membawa jeriken dan memompa dari sumur buatan yang hanya menghasilkan sedikit air.
Untuk makanan, anak-anak sejak dini diajarkan memasak, membelah kayu bakar yang dikumpulkan ibu-ibu mereka dari hutan, mereka menumbuk sorgum atau millet, sejenis jagung makanan pokok mereka.
Makanan itu dihidangkan ke semua anggota keluarga. Terkadang mereka juga mendapatkan bantuan bahan makanan dari World Food Program (WFP).
“Sangat berat kehidupan di sana (Sudan). Tetapi warga terus bertahan. Mereka seakan tidak kenal lelah. Itu yang membuat saya semakin bersyukur dengan apa yang saya miliki sekarang,” tuturnya.
Jauh dari Tanah Air, Mila kerap merasa rindu akan rumah. Jika begitu, dia memilih bermain game, bermain layang-layang, bermain voli, atau sekadar mengikuti lari sore.
“Yang pasti enggak ada mal di sana, dan puasa sampai 14 jam, wuih uyuh banar (capek sekali),” kelakarnya. (riz/k15)
WAJAH-wajah memelas dengan pakaian begitu lusuh berlarian. Mereka mengejar tiap mobil yang melintas.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Memperkuat Kemampuan Tempur, Kopaska Latihan Peperangan Laut Khusus
- TNI Tegaskan tak Ada Ampun Bagi Prajurit Terlibat Judi Online
- Pomdam Bukit Barisan Periksa 45 Prajurit Buntut Bentrok dengan Warga Deli Serdang
- Prajurit TNI Diduga Serang Warga di Siburu-Biru, Kang TB Singgung Hukuman ke Komandan
- Prajurit Divif 1 Kostrad Selamatkan Bayi Laki-Laki, Warga Berikan Apresiasi
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter