Serikat Buruh Australia Minta Working Holiday Visa Dihapus, Ini Alasannya

Bulan lalu NFF meluncurkan website lowongan kerja sebagai upaya menarik warga Australia yang sedang mencari pekerjaan.
Mereka menawarkan bayaran yang diklaim "mengejutkan", termasuk bisa menghasilkan hingga 1000 dolar (sekitar Rp10 juta) per minggu.

Namun kalangan serikat buruh menyatakan banyak bukti adanya eksploitasi sistemik dan meluas di sektor pertanian Australia. Bahkan, ada kasus yang sudah masuk ke ranah hukum.
"Ada sejumlah petani yang sudah memperlakukan pekerjanya dengan baik. Bila mereka membayar upah yang layak dan menghargai pekerjanya dengan baik, mengapa tidak semua petani melakukannya?" ujar Daniel.
Program pekerja musiman
Aliansi Pekerja Ritel dalam masukannya ke komite parlemen juga mendukung perluasan program pekerja musiman, yang memungkinkan pekerja dari negara-negara Pasifik untuk bekerja di sektor pertanian Australia.
Mereka menyarankan agar lebih banyak lagi negara yang dilibatkan dalam program pekerja musiman serta membuka jalan bagi para pekerja untuk menjadi warga negara Australia.
Belum lama ini Pemerintah Federal Australia menyetujui program percontohan bagi pekerja musiman asal Vanuatu untuk bekerja di perkebunan mangga di Australia.
Para petani dan pemilik perkebunan di Australia diminta untuk berhenti mempekerjakan tenaga kerja asing pemegang visa working holiday (WHV) dan 'backpaker' untuk memanen hasil pertanian mereka
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia