Sering Bertengkar dengan Presiden, Perdana Menteri Mundur
jpnn.com - KONFLIK internal antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Ahmed Davutoglu berakhir tak sedap. Davutoglu mengumumkan tidak akan menjabat lagi sebagai pemimpin Partai AKP sekaligus PM Turki.
Namun, keputusannya itu tidak langsung berlaku. Partai akan melakukan kongres pada 22 Mei untuk memilih pemimpin baru dan pengganti Davutoglu sebagai PM. ’’Saya memutuskan bahwa untuk persatuan partai, pergantian pemimpin akan lebih tepat,’’ ujar Davutoglu.
Selama ini Davutoglu sering bertengkar dan menentang kebijakan-kebijakan Erdogan. Pada Rabu (4/5) keduanya bertemu untuk menyelesaikan perbedaan tersebut, tetapi keluar tanpa hasil.
Dia kemudian bertemu dengan komite eksekutif Partai AKP sebelum akhirnya melakukan konferensi pers pengunduran dirinya. Meski merasa tidak cocok, dalam konferensi pers kemarin, Davutoglu tetap meminta partai maupun rakyat tetap setia kepada Erdogan.
Politikus yang menjabat PM sejak 28 Agustus 2014 tersebut menyatakan tidak akan keluar dari partai, melainkan memilih menjadi anggota biasa dan melanjutkan karier politiknya sebagai legislator Partai AKP. ’’Saya tidak merasa menyesal, marah, maupun benci terhadap siapa pun,’’ tegasnya.
Mundurnya Davutoglu bakal membuat kekuasaan Erdogan kian kuat. Sebab, penggantinya nanti dipastikan merupakan orang yang mendukung Erdogan untuk mengubah konstitusi dan menciptakan sistem kepresidenan baru.
Erdogan ingin Turki dipimpin oleh kepala negara. Artinya, kekuasaan pemerintahan dan berbagai hal lainnya dipegang oleh presiden, bukan PM seperti selama ini. Oposisi menuding tujuan utama Erdogan untuk mengubah sistem kepresidenan tersebut adalah demi ambisinya. (afp/reuters/bbc/sha/c20/any)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer