Sesal Ibu

Oleh: Dahlan Iskan

Sesal Ibu
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

First Street, Manhattan, ditutup total. Sampai keesokan harinya. Terutama di sekitar kantor polisi tempat Jason bertugas. Karangan bunga, poster, lilin, ucapan duka memenuhi kawasan itu.

Saya pernah ditangkap polisi di dekat sini: salah jalan. Ketika saya tunjukkan paspor dan SIM Indonesia saya disuruh memutar balik. Saya mengucapkan kata 'maafkan' –dengan kesopanan Indonesia– lebih 10 kali saat itu.

Tahun ini sudah lima orang polisi New York tewas dalam tugas. Itu seperti menampar wali kota baru New York yang pensiunan polisi: Eric Adams.

Program baru Eric adalah memerangi kejahatan di New York –yang selama Januari naik hampir 100 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu.

Sebenarnya Eric baru saja menemukan obat ajaib untuk kesuksesan programnya itu: semua polisi New York harus tinggal di New York. Dengan demikian di rumah pun polisi masih bisa ikut mengamankan lingkungan mereka.

Bukanlah tugas polisi itu 24/7 –24 jam sehari, tujuh  hari seminggu? Bagaimana bisa 24/7 kalau tinggalnya di luar kota?

Selama ini hanya sekitar 30 persen polisi New York yang tinggal di New York. Selebihnya tinggal di pinggiran New Jersey atau pinggiran Pennsylvania yang dekat dengan New York.

Tapi obat ajaib Eric itu mendapat reaksi yang ajaib pula: tidak satu pun komentar yang menyetujuinya.

Polisi satunya, yang masih ngobrol dengan sang ibu, melihat adegan brutal itu. Ia langsung menembakkan senjatanya ke arah penembak yang mencoba lari di koridor sempit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News