Sesal Kabur
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Sebenarnya waktu boarding-nya jelek sekali: pukul 03.40. Itu jam enak-enaknya tidur.
Berarti saya sudah harus berangkat dari Makkah jam 01.00. Padahal, saya tidak bisa tidur cepat. Masih ada acara makan malam dengan seluruh anggota rombongan umrah.
Makan malam itu di Aziziyah. Yakni bagian dari kota Makkah yang tidak lagi tanah haram (tanah suci).
Sambil makan nasi briyani saya berpikir: inilah malam yang akan sangat kurang tidur. Karena itu jangan banyak makan. Juga karena lelah: baru saja tawaf –dua hari berturut-turut.
Penerbangan ke Addis Ababa, ibu kota Ethiopia, masih harus dari Bandara Jeddah yang lama. Anda tahu sendiri seperti apa. Penumpangnya masih harus diangkut pakai bus.
Di dalam bus saya mencicil kaget: pesawatnya ternyata berbadan lebar. Airbus A-350. Bukan jenis B737 atau A321.
Benarlah yang saya baca di media: Ethiopian Airlines maju sekali. Sudah berbeda dengan ET yang dulu.
Ethiopian kini sudah punya 20 buah pesawat A350 –sedang Garuda baru pernah akan punya.