Setahun, 20 Iklan Bermasalah
Rabu, 18 Februari 2009 – 09:47 WIB
JAKARTA – Maraknya iklan di media cetak, televisi, radio hingga online dinilai masih sejalan dengan adat istiadat bangsa. Namun demikian, disengaja atau tidak seringkali masih ada iklan yang melanggar etika. Di Indonesia, jumlahnya mencapai 15-20 iklan pertahun.
"Jumlahnya (iklan yang bermasalah) sedikit, menurut asosiasi hanya 15-20 iklan pertahun yang dijadikan kasus di media massa," ujar Presiden International Advertising Association (IAA) yang juga CEO (Chief Executif Officer) PT Fortune Indonesia Tbk, Indra Abidin saat menerima kunjungan asosiasi periklanan Tiongkok di kantornya kemarin. Untuk saat ini, yang seringkali dipermasalahkan adalah iklan-iklan politik.
Baca Juga:
Jumlah iklan politik, menurut Indra, di Indonesia masih kecil, kalah dibanding iklan komersial. Komposisinya, sebanyak 95 persen iklan komersial dan 5 persen saja yang berbentuk iklan politik. Di dalam 95 persen iklan komersial, terdapat 20 persen yang merupakan iklan sosial. "Seperti iklan Keluarga Berencana (KB), kesehatan dan public services (pelayanan publik)," terangnya.
Chief Operating Officer (COO) Fortune Indonesia, Aris Boediharjo menambahkan, setiap tahun memang selalu ada iklan-iklan yang melanggar etika periklanan. Yang paling banyak adalah, iklan yang menggunakan kata-kata superlatif, seperti yang terbaik yang terbesar. "Seperti ‘bagaimanapun merek X lebih unggul’ itu tidak boleh, kecuali bisa dibtuktikan dengan data-data memang dia yang lebih unggul," cetusnya.
JAKARTA – Maraknya iklan di media cetak, televisi, radio hingga online dinilai masih sejalan dengan adat istiadat bangsa. Namun demikian, disengaja
BERITA TERKAIT
- Harga Minyak Goreng Meroket, Kemendag Akui Ada Kenaikan
- Hingga Oktober 2024, BSN Tetapkan 15.432 SNI
- Berpengalaman 19 Tahun, Safira Group Wujudkan Hunian Impian di Solo Raya
- Begini Upaya Bea Cukai Memutus Rantai Peredaran Rokok Ilegal di 2 Wilayah Ini
- Fokus Berkelanjutan, LPKR Libatkan Lini Bisnis Kelola Sampah dan Limbah
- Akses Listrik Berkeadilan Dinilai jadi Kunci Ekosistem Kendaraan Listrik