Setahun Setelah Taliban Berkuasa, Penerjemah yang Membantu Militer Australia Masih Menunggu Visa

Pemohonan visa menumpuk
ABC News menghubungi Menteri Imigrasi Andrew Giles untuk membahas laporan ini, tapi belum mendapatkan tanggapan.
Awal pekan ini, Menteri Giles mengatakan kepada SBS News bahwa satuan tugas telah dibentuk dengan fokus pada pemukiman kembali warga asal Afghanistan.
"Kami mengerahkan sejumlah besar sumber daya untuk masalah ini karena merupakan prioritas besar bagi pemerintah," katanya.
Ketua Dewan Pemukiman Kembali Australia, Sandra Elhelw Wright, mengatakan penundaan visa disebabkan oleh banyaknya permohonan yang makin menumpuk.
"Inilah yang terjadi seiring dengan konflik karena permintaan untuk pemukiman kembali melonjak dan tidak cukup tempat yang tersedia bagi semua orang yang membutuhkan keselamatan," katanya.
Sandra menambahkan bahwa 6.000 orang yang telah dimukimkan kembali dalam enam bulan terakhir telah berkontribusi pada masyarakat Australia.
"Mereka menyampaikan optimisme mereka tentang kehidupan baru di Australia, tapi tantangan besar mereka adalah kekhawatiran tentang keluarga mereka yang masih di luar negeri," jelasnya.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News.
Mantan penerjemah Afghanistan yang bekerja untuk militer Australia mengatakan anggota keluarga mereka masih terjebak dan menghadapi risiko, hampir setahun setelah Taliban menguasai kembali negara itu
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia