Setara Institute: Rekam Jejak Jadi Standar Melihat Kapasitas dan Integritas Capres-Cawapres

Setara Institute: Rekam Jejak Jadi Standar Melihat Kapasitas dan Integritas Capres-Cawapres
Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan saat debat capres di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1). Foto : Ricardo/JPNN.com

“Terwujudnya pemimpin profetik (jujur,adil, berintegritas, berpihak pada rakyat) harus didukung dengan parlemen yang baik,” kata Neni, Selasa (16/01/2024).

Selama ini masyarakat lebih melihat rekam jejak kontestan Pilpres, sedikit mengabaikan dinamika di Pileg.

“Jadi, jika masyarakat hanya fokus pada pilpres tapi meminggirkan isu pileg itu juga keliru,” sebut Neni.

Dia mengkritisi keterbukaan informasi tentang calon legislatif yang dia sebut, ditutup-tutupi.

“Hanya permasalahan untuk mencari rekam jejak saat ini publik mengalami hambatan yang cukup serius terutama pada keterbukaan informasi. Jika kita buka di infopemilu milik KPU ada caleg yang dibuka daftar riwayat hidupnya ada yang ditutup,” ujar dia.

Dari catatannya, dari total 28 caleg eks napi koruptor, 17 di antaranya disembunyikan statusnya sebagai eks napi koruptor.

“Integritas sejak awal sudah bermasalah, bagaimana jika masyarakat memilih eks napi koruptor itu yang secara sengaja disembunyikan statusnya oleh KPU,” jelas Neni.

Manipulasi data seperti ini merebut hak rakyat, pemilih untuk mengetahui kebenaran soal rekam jejak mereka sehingga mereka bisa saja tidak bisa memilih dengan ‘jernih’.

Wakil Ketua BP Setara Institute Bonar Tigor Naipospos menilai imbauan Mahfud MD untuk memilih capres-cawapres di Pilpres 2024 berdasarkan rekam jejak tepat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News