Setelah Bhumibol Berulang Tahun
Minggu, 12 Desember 2010 – 17:24 WIB
Dengan posisi seperti itu, mau tak mau Bhumibol harus kerap berurusan dengan politik praktis yang sejatinya tak menjadi wewenangnya. Apalagi, Thailand termasuk negara yang amat rentan konflik. Sejak memerintah pada Juni 1946, Bhumibol harus menghadapi 15 kudeta, 16 perubahan konstitusi, serta 27 pergantian perdana menteri.
Baca Juga:
Akibatnya, Bhumibol kadang tak bisa berperan sebagai wasit yang netral, yang berdiri di atas semua golongan. Preferensinya bisa terlihat gamblang. Misalnya, saat dia mendukung rezim militer Sarit Dhanarajata pada 1960-an dan Dewan Keamanan Nasional yang dibentuk tentara setelah Perdana Menteri Thaksin Shinawatra terkudeta pada 2006.
Tak hanya berseberangan dengan gerakan prodemokrasi, kecondongan Bhumibol pada kubu tertentu itu tak jarang berbenturan dengan suara rakyat kebanyakan. Contohnya, saat dia memberikan angin kepada Aliansi Rakyat untuk Demokrasi yang berusaha menggulingkan para loyalis Thaksin yang berkuasa setelah memenangi pemilu secara sah dan meyakinkan.
Namun, sekali lagi, aura berbicara. Berbagai "blunder" politik tersebut tak sampai meruntuhkan wibawa Bhumibol. Dia tetap dihormati. Politisi atau kelompok-kelompok yang saling bertentangan berebut restu dari dia.
BANGKOK - Sehari setelah merayakan ulang tahun ke-83 pada Senin lalu (5/12), Bhumibol Adulyadej harus kembali ke Rumah Sakit Siriraj yang dihuninya
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan