Setelah Bhumibol Berulang Tahun
Minggu, 12 Desember 2010 – 17:24 WIB
Tapi, mungkin justru di situ terletak tantangan besar yang kelak harus dihadapi Thailand. Bhumibol istimewa karena pesona pribadinya. Lalu, ketika dia wafat kelak, akankah negeri itu masih mendambakan peran besar istana kendati sang pengganti, Pangeran Maha Vajiralongkorn, tak terlalu populer di mata rakyat?
Kalau tidak, lantas bagaimana menempatkan posisi sang raja baru agar tidak sampai bertentangan dengan Lese Majeste, undang-undang perlindungan keluarga kerajaan yang ekstrem itu? Belum lagi ancaman instabilitas karena tak ada lagi sosok yang bisa menjadi wasit "sekalipun kadang tak objektif.
Membayangkan Thailand pasca-Bhumibol itu, kita terpaksa setuju pada keyakinan lama: kadang, orang besar justru menjadi "kutukan" bagi suatu negara. Atau, barangkali yang terjadi di Thailand sejatinya hanyalah kegagalan regenerasi. Bhumibol terlalu lama berkuasa, terlalu lama menikmati peran utama, sehingga lupa mematangkan pengganti.
Apa pun itu, Thailand kini mesti berani membuka kemungkinan terhadap reformasi monarki. Yang lebih penting, mereka juga, dalam bahasa aktivis prodemokrasi Jon Ungpakorn kepada New York Times pada Mei lalu, "Harus mulai belajar menyelesaikan persoalan sendiri." (*)
BANGKOK - Sehari setelah merayakan ulang tahun ke-83 pada Senin lalu (5/12), Bhumibol Adulyadej harus kembali ke Rumah Sakit Siriraj yang dihuninya
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan