Setelah Dicoba Soimah
Oleh: Dahlan Iskan
Fatia sendiri menerima teror bertubi-tubi. Tentu. Ancaman lewat telepon sudah sering. Tapi, Fatia selalu menjawab dengan tegas: tidak takut. Juga, tidak akan berhenti membela korban kerusuhan Mei.
Anak Fatia yang masih TK juga hampir diculik oknum. Untung, guru TK-nya langsung menarik anak itu. Fatia akhirnya mengirim anak itu ke rumah ibunyi.
Ancaman tidak hanya datang dari orang tidak dikenal. Selepas melapor ke Presiden B.J. Habibie, Fatia dipisahkan dari tokoh-tokoh wanita yang sama-sama menghadap presiden.
Lalu, diajak ke ruang terpisah di istana. Di situ ada tiga jenderal, termasuk jenderal polisi. "Di tengah-tengah jenderal itulah, saya dituding dan diancam oleh Jenderal Sintong Panjaitan. Saya dikatakan sebagai orang yang menjelek-jelekkan Indonesia di dunia internasional," ujar Fatia.
Fatia pula yang mengantar jenazah Ita ke tempat kremasi. Memandikan. Menunggu kremasi selesai. Mengambil abunyi. Menaburkannyi di laut Tanjung Priok.
Fatia sendiri mengaku kehilangan jejak di mana mama dan papa Ita sekarang. Kakak Ita pernah bersaksi di kepolisian bahwa Ita bukan mati dibunuh dengan motif politik.
"Saya bukan ketua Komnas Perempuan," ujar Fatia mengoreksi Disway .
"Saya salah satu pendiri Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Kemudian, menjadi komisioner tahun 1998–2006," katanyi.