Setelah Kekeringan dan Pandemi COVID-19, Wabah Tikus Kini Menghantam Banyak Petani di New South Wales
Penghasilan dari bisnis turun 40 persen sehingga menyisakan hanya delapan pekerja, dari sebelumnya 28.
"Tidak banyak yang menyadari kalau dampaknya seperti efek domino. Kalau peternak tidak punya uang, semua orang menderita," ujar Karri.
"Harus ada yang dilakukan. Kalau tidak, bisnis kami tutup. Saya bahkan tidak tahu apakah bisnis ini bisa bertahan sampai Natal."
Ketakutan wabah tikus akan menyebar
Jika masalah ini terus ada sampai musim dingin, wabah tersebut diprediksi akan bertambah parah, apalagi karena, menurut pakar, jumlah tikus telah mencapai jutaan ekor.
"Kekhawatiran kami adalah kalau tikus ini bertahan hidup selama musim dingin, mereka akan mulai berkembang biak lebih awal dari populasi besarnya di musim semi," kata peneliti CSIRO Steve Henry.
"Jumlah tikus ini akan meningkat pesat di titik itu."
Biasanya, tikus akan berhenti berkembang biak di akhir musim semi, namun penelitian terakhir menemukan hewan ini masih melakukannya meski dalam musim dingin.
Diproduksi oleh Natasya Salim dari artikel ABC News dalam bahasa Inggris
Setelah kekeringan dan pandemi COVID-19, banyak petani di New South Wales, Australia menghadapi bencana baru, yakni serangan jutaan ekor tikus di lahan mereka
- Sebuah Gelombang Besar yang Menerjang Asia
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan Masih Ancam negara Bagian Victoria di Australia
- Pemprov Kalsel Siapkan 41.829 Hektare Untuk Optimalisasi Lahan Rawa
- Yayasan GSN Salurkan Pupuk Gratis dan Sprayer ke Petani di Magelang
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Petani Humbang Hasundutan Berhasil Kembangkan Bawang Merah dari Biji, Hasilnya Luar Biasa