Setelah Nazaruddin, Tunggu Giliran yang Lain
Kamis, 26 Mei 2011 – 20:32 WIB
JAKARTA - Praktek berburu rente oleh partai politik nyaris terjadi di semua partai. Kalaupun saat ini isu ini terkesan hanya menyangkut Partai Demokrat, hal ini karena posisi partai itu yang seksi sebagai partai pemenang pemilu dan dekat dengan istana. Dampaknya, kader-kader Partai Demokrat termasuk bendahara umumnya mendapatkan berbagai kemudahan. Karena itu dia mengusulkan agar subsidi kepada partai diperbesar. Itu lebih baik daripada membiarkan partai bermain proyek seperti yang terjadi saat ini. Partai lainnya adalah pemain lama, sehingga bisa lebih rapi, sementara PD adalah pemain baru.
“Nazaruddin hanyalah tumbal dari betapa buruknya dan korupnya sistem pendanaan partai. Dulu di era Orde Baru, TNI yang berkuasa, kini giliran partai politik yang memainkan peran itu. Partai kini menjadi proksi bagi pemilik dana,” kata pengamat Politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanudin Muchtadi, di gedung DPR, Senayan Jakarta, Kamis (26/5).
Dikatakannya, selama sistem pendanaan ini tidak diperbaiki maka akan bermunculan Nazaruddin-Nazaruddin lainnya dari partai lainnya juga. Sebab jika sistem pendanaan partai tidak diperbaiki, misalnya dengan mengeluarkan UU tersendiri maka reformasi partai tidak akan berjalan.
Baca Juga:
JAKARTA - Praktek berburu rente oleh partai politik nyaris terjadi di semua partai. Kalaupun saat ini isu ini terkesan hanya menyangkut Partai Demokrat,
BERITA TERKAIT
- Hari Tani Ditunggangi Kepentingan Elite, Masyarakat Jenuh Disuguhi Kegaduhan Kelompok Ini
- Ini Pemenang [RE]Power Hackathon, Kompetisi Kebijakan Energi Bersih Pertama di RI
- Halili Hasan: Indonesia Hadapi Tantangan Serius Soal Moralitas Penyelenggara Negara
- Andar Nubowo: Peran Agama Makin Bergeser dari Esensinya
- Pemda Sudah Menyiapkan Solusi jika Pendaftaran PPPK 2024 Ditunda
- Pendaftaran PPPK 2024: Instruksi Nelson agar Kelulusan Honorer Bisa Maksimal