Setiap Jumat Terbang ke Solo untuk Nonton Pergelaran Ki Purbo
Maka, mulai 2004 Kitsie rajin mengikuti ke mana pun Ki Purbo ndalang. Setiap Jumat atau Sabtu dia terbang ke Solo untuk melihat pergelaran wayang Ki Purbo. Kebiasaan itu berlangsung hingga kini. Dengan begitu, hobinya tersebut tidak mengganggu aktivitasnya mengajar di JIS.
Kitsie mempelajari gaya dan pengulasan cerita wayang dari Ki Purbo. Hingga kini sudah 150 lakon pertunjukan wayang Ki Purbo yang didalaminya. Selain menonton, dia menyisihkan waktu lima jam setiap hari untuk mempelajari bahasa pewayangan.
Sejak saat itu Kitsie meminta suami agar tidak lagi berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, melainkan dengan bahasa Jawa. Cara itu sangat efektif. Kitsie dengan cepat menguasai bahasa Jawa, ngoko maupun kromo. Dia pun jadi gampang menangkap alur cerita lakon wayang yang ditampilkan.
Kitsie mengisahkan, pada 2005 seorang rekan guru di JIS tengah hamil. Dia meminta Kitsie untuk menerapkan tradisi Jawa terhadap kandungannya. Misalnya, upacara mitoni (tujuh bulanan). Dalam prosesi tersebut biasanya juga digelar pertunjukan wayang kulit. Dia kemudian mendatangkan Ki Purbo untuk tampil di Jakarta.
Pergelaran di rumah teman Kitsie itu hanya mengundang 30 orang. Banyak yang ekspatriat. Karena itu, untuk menjelaskan alur cerita dalam bahasa Inggris kepada penonton asing, dia menyiapkan layar LCD.
"Setiap 15 menit saya menuliskan jalan cerita itu di LCD. Tapi, tenggat waktu 15 menit tersebut terlalu lama. Karena itu, saya terus berupaya agar bisa menerjemahkan secara real time. Biar langsung bisa dinikmati audiens," ujar guru ekstrakurikuler gamelan di JIS tersebut.
Karena itu, setiap pulang mengajar, dia langsung menyaksikan video pertunjukan wayang mulai pukul 19.00 sampai tengah malam. Dia berlatih untuk dapat menerjemahkan dengan cepat dan akurat. Setiap ada kata atau frasa yang tidak dimengerti, dia akan mencatatnya. Daftar kata atau frasa tersebut lantas dikonsultasikan ke Ki Purbo. Cara itu dilakukan secara kontinu selama tiga tahun. Hasilnya konkret. Dia kini mampu menerjemahkan alur cerita dan penokohan wayang secara real time.
Menurut Kitsie, tidak mudah menerjemahkan pertunjukan wayang. Meski lakonnya sama, urutan kejadian serta interpretasi dalang bisa berubah-ubah. Apalagi, dalang tidak menyebutkan semua tokoh yang ditampilkan dalam pertunjukan tersebut. Mereka menganggap penonton sudah tahu tokoh-tokoh dalam lakon itu.
Pertunjukan wayang kini tidak seramai dulu. Seni tradisional Indonesia itu justru digandrungi orang-orang asing. Bahkan, di antara mereka ada seorang
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara