'Setiap Napas Anak Saya Harus Diganti dengan Uang'

'Setiap Napas Anak Saya Harus Diganti dengan Uang'
'Setiap Napas Anak Saya Harus Diganti dengan Uang'
Penanganan lain yang didapat Shafa sekarang adalah layanan kejiwaan oleh psikiater. Wina mengatakan, petugas psikiater melatih secara perlahan-lahan untuk mengurangi kebiasaan Shafa menangis. Menurut penjelasan dokter, semakin sering menangis upaya terapi latihan bernapas tanpa mesin menjadi sia-sia.

 

Selain itu, saat ini Wina mendapatkan pola pendekatan baru untuk mendampingi anaknya yang sedang sakit. Psikiater mengatakan, Wina tidak boleh terlalu "dekat" dengan Shafa. Semakin sering didekati, Shafa akan merasa dimanjakan. Jika sudah demikian, dia bisa sering rewel. Kebiasaan seperti ketika dirawat di RS St Carolus sejak Oktober tahun lalu bahwa Wina mendampingi Shafa cukup dekat harus dikurangi.

 

Sejatinya Wina cukup berat mengikuti anjuran tersebut. Sebagai seorang ibu yang pernah kehilangan anak gara-gara berjuang melawan penyakit, Wina ingin selalu dekan dengan Shafa. Tapi, sementara dia mengalah. Wina lebih memilih mengikuti anjuran dokter untuk sedikit menjauh dari Shafa.

 

Wina lantas sempat curhat tentang pengalaman menyedihkan kehilangan seorang putri. Dia menuturkan, anak pertamanya yang bernama Nadia Zulsyika meninggal pada usia satu tahun lebih dua bulan. Nadia meninggal karena serangan meningitis. "Bagaimanapun, Shafa tidak boleh seperti itu. Dia harus sembuh," harap istri Zulkarnain Febriansyah itu.

 

Sudah hampir sepuluh bulan Wina Meiliah berada di rumah sakit karena harus mendampingi secara total putri bungsunya, Shafa, 4, yang diserang penyakit

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News