'Setiap Napas Anak Saya Harus Diganti dengan Uang'
Sabtu, 06 Agustus 2011 – 08:08 WIB
Penanganan lain yang didapat Shafa sekarang adalah layanan kejiwaan oleh psikiater. Wina mengatakan, petugas psikiater melatih secara perlahan-lahan untuk mengurangi kebiasaan Shafa menangis. Menurut penjelasan dokter, semakin sering menangis upaya terapi latihan bernapas tanpa mesin menjadi sia-sia.
Selain itu, saat ini Wina mendapatkan pola pendekatan baru untuk mendampingi anaknya yang sedang sakit. Psikiater mengatakan, Wina tidak boleh terlalu "dekat" dengan Shafa. Semakin sering didekati, Shafa akan merasa dimanjakan. Jika sudah demikian, dia bisa sering rewel. Kebiasaan seperti ketika dirawat di RS St Carolus sejak Oktober tahun lalu bahwa Wina mendampingi Shafa cukup dekat harus dikurangi.
Sejatinya Wina cukup berat mengikuti anjuran tersebut. Sebagai seorang ibu yang pernah kehilangan anak gara-gara berjuang melawan penyakit, Wina ingin selalu dekan dengan Shafa. Tapi, sementara dia mengalah. Wina lebih memilih mengikuti anjuran dokter untuk sedikit menjauh dari Shafa.
Wina lantas sempat curhat tentang pengalaman menyedihkan kehilangan seorang putri. Dia menuturkan, anak pertamanya yang bernama Nadia Zulsyika meninggal pada usia satu tahun lebih dua bulan. Nadia meninggal karena serangan meningitis. "Bagaimanapun, Shafa tidak boleh seperti itu. Dia harus sembuh," harap istri Zulkarnain Febriansyah itu.
Sudah hampir sepuluh bulan Wina Meiliah berada di rumah sakit karena harus mendampingi secara total putri bungsunya, Shafa, 4, yang diserang penyakit
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408