Seulas Romansa dalam Sejarah Barcelona

Seulas Romansa dalam Sejarah Barcelona
Sampul album Living in the Western World. Foto: Public Domain.

Riuh rendah musik berirama dansa mengiringi orang menari. Tetabuhan drum, gendang dan perkusi ramai bertalu-talu dalam tempo penuh gairah.

Gadis-gadis remaja Katalan nan ceria berdandan ala Gipsy tak sungkan mengajak siapa saja berdansa. "Termasuk saya," kenang Fariz RM yang ketika itu berusia 28 tahun. 

kala sepasang mata/menatapku manja/mengajak berdansa/

sapanya "quiere usted bailar conmigo?"/"quiere darme su direccion senorita?"/kuingin kau ajak serta malam ini/"como se pronucia oh juwita"/ingin kunyatakan cinta sepenuh hati

"Kata orang, nafas suatu daerah dapat dirasakan dan dilihat melalui temperamen serta sifat wanitanya. Siapa sih yang nggak setuju dengan soal uniknya kejelitaan wanita Spanyol?" tulisnya.

Menurut Fariz, suasana tak sekadar romantis, liar dan bertenaga. Namun sesungguhnya berlatar sangat silaturahim penuh kasih serta jelas menghapus kasta, merasa sama. "Entah di mana lagi saya akan menemukan suasana yang luar biasa ini."

peluklah diriku mesra/penuh cinta/sebagai pengikat rindu/akan kukenang selalu/cintaku di Barcelona…

Sebelum berangkat sekolah ke Barcelona, musisi kelahiran  5 Januari 1959 itu baru saja meluncurkan album ke 7 bertajuk Do Not Erase, album yang melambungkan hits Nada Kasih dengan Neno Warisman.

SEBAIKNYA membaca kisah ini sembari mendengar lagu Barcelona-nya Fariz RM. Itu kalau bisa. Tak pun, tak apa-apa.  Wenri Wanhar - Jawa Pos National

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News