Seulas Romansa dalam Sejarah Barcelona

Seulas Romansa dalam Sejarah Barcelona
Sampul album Living in the Western World. Foto: Public Domain.

Romansa kota itu pun memantiknya bikin lagu. "Lamat-lamat di relung imajinasi yang terdalam, nada, melodi dan irama mulai berbunyi," ungkapnya.

Hanya saja, pemilik nama aseli Fariz Roestam Moenaf tersebut tak membawa satu pun instrumen. 

Karna tak punya dana untuk beli alat musik, "saya memutuskan hanya membeli buku untuk menulis score partitur dan notasi musik saja karena membeli buku kan murah." 

Selebihnya, "saya harus menaruh kepercayaan penuh pada kepala saya agar isinya mampu berperan menjadi sebuah studio musik…baru kali itu, sepanjang hidup, saya menulis sebuah komposisi lagu tanpa bantuan alat musik." 

Padahal, selama menetap di kota itu, pamannya Sherina Munaf ini kerap mampir ke toko musik, sekadar melepas rindu bermain piano dengan belagak seperti pembeli yang ingin mencoba berbagai piano yang ada. 

Si pemilik toko tentu senang. Seolah punya demonstrator yang lihai memainkan piano. lumayan untuk menarik perhatian orang masuk ke tokonya. Gratis pula. 

"Tapi," sebagaimana dikisahkan Fariz, "tetap saja, kalau untuk membuat lagu ya jelaslah gak mungkin. Masa mau seharian di toko piano?"

Fariz membayangkan seolah bilah-bilah keyboard ada di hadapannya. Pura-pura menekan tuts tertentu, yang kemudian ditransfer menjadi coretan notasi di buku partitur.

SEBAIKNYA membaca kisah ini sembari mendengar lagu Barcelona-nya Fariz RM. Itu kalau bisa. Tak pun, tak apa-apa.  Wenri Wanhar - Jawa Pos National

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News