Shein Menjadi Perusahaan Terkenal di Tiongkok, tetapi Apa yang Dikorbankan?

Shein Menjadi Perusahaan Terkenal di Tiongkok, tetapi Apa yang Dikorbankan?
Pihak penyidik Public Eye menemukan bahwa pekerja Shein sering bekerja hingga larut malam di Guangzhou, China. (Supplied: Public Eye)

Kebanyakan pekerja dibayar di bawah standar

Februari lalu, Shein meluncurkan Laporan Dampak pada Keberlanjutan pertama kalinya, setelah mendapat keluhan soal transparansi.

Laporan tersebut mencatat 83 persen dari 700 pemasok barangnya memiliki setidaknya satu risiko besar, sementara 12 persen di antaranya melakukan pelanggaran berat, dan hampir sepertiganya tidak siap dipecat.

Tenaga kerja di bawah umur ditemukan di kurang dari satu persen dari 700 perusahaan mitra yang diperiksa. Lebih tepatnya satu dari enam perusahaan mitra.

Tiongkok telah meratifikasi Konvensi Umur Minimal Organisasi Tenaga Kerja Internasional di tahun 1973 dan menetapkan jika umur minimal tenaga kerja adalah 16 tahun.

Swiss Watchdog dan Public Eye mengeluarkan laporan tahun lalu yang menggambarkan temuan pihak penyidik di Tiongkok.

"Mereka bekerja 11 sampai 12 jam per hari," kata Timo Kollbrunner, peneliti dari Public Eye.

"Dan ini bukan lima hari per minggu, tapi tujuh hari per minggu," tambahnya.

"Mereka biasanya memiliki satu hari libur dalam sebulan."

Sebuah laporan menguak tempat kerja yang tidak aman dan pekerja di bawah umur ditemukan di perusahaan 'fast fashion' Shein asal Tiongkok

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News