Shireen

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Shireen
Keluarga dan rekan membawa jenazah jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh, yang tewas dalam serangan Israel di Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat, saat pemakamanannya di Yerusalem, Jumat (13/5/2022). (ANTARA/Reuters/Ammar Awad/rwa)

Sejak mengudara pada 1996 jaringannya bisa ditonton di seluruh wilayah Timur Tengah dan kemudian berkembang ke seluruh dunia dengan edisi siaran bahasa Inggris.

Selama ini siaran televisi berita satelit yang bersiaran non-stop didominasi oleh CNN (Cable New Network) milik pengusaha Amerika Serikat Ted Turner. Bias Timur Tengah tidak bisa dihindarkan dalam pemberitaan CNN.

Kemunculan Al Jazeera menjadi antitesa bagi CNN dan berhasil membalik opini publik dunia mengenai konflik Palestina.

Jaringan ini berbasis di Doha, Qatar, negara kecil Arab, semenanjung yang lokasi geografisnya menjorok ke Teluk Persia dari bagian timur Arab Saudi. Al Jazeera, dalam bahasa Arab berarti jazirah atau semenanjung, didanai oleh keluarga kerajaan Qatar.

Al Jazeera banyak mempromosikan gerakan demokratisasi di berbagai wilayah Timur Tengah. Ketika pecah gerakan revolusi ‘’Al-Tsaurat al-Arabiyah’’ atau Arab Spring, Al Jazeera menjadi media yang paling aktif melakukan liputan. 

Hal ini membuat gerah beberapa negara berbasis monarki yang takut kekuasaannya akan digulingkan oleh protes rakyat, seperti yang terjadi di Tunisia, Mesir, Suriah, Libya, Yaman, dan beberapa wilayah lain.

Arab Saudi menjadi negara yang paling keras menentang Al Jazeera. Hubungan diplomatik kedua negara juga tidak mesra karena berbagai persoalan. 

Arab Saudi menggalang kekuatan untuk memboikot Al Jazeera dengan membujuk para pemasang iklan supaya berhenti.

Keberanian Shireen melakukan liputan live terhadap serangan Israel membuat mata dunia terbuka akan kekejaman tentara Israel terhadap warga sipil Palestina.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News