Shuniyya Ruhama, Perempuan Transgender yang Piawai Ilmu Batik

Deteksi Keaslian Batik dengan Meraba Kain

Shuniyya Ruhama, Perempuan Transgender yang Piawai Ilmu Batik
Shuniyya Ruhama. Foto Ridlwan H/Jawa Pos
    

Ruang tamu sekitar 4 x 3 meter di rumah Shunniya disulap jadi arena display batik. Aneka motif kain mulai motif batik klasik hingga modern kontemporer dipajang di dinding. Sisanya bertumpukan di rak. Beberapa canting elektrik tergeletak di lantai.

    

"Aku membatik sendiri, tapi pakai elektrik. Bukan canting yang tradisional.  Soalnya untuk menjaga dari polusi bau malam dan menghindari risiko kebakaran. Juga menggunakan murni pewarna alam sehingga tidak mencemari lingkungan," tutur perempuan yang pernah menjabat sebagai Sekjen Yayasan Putri Waria Indonesia ini.

Dia lantas mengambil satu contoh kain batik hasil karyanya. "Ini dipotret cantik lho," katanya, lalu berpose.

   

Shuniyya adalah alumnus Jurusan Sosiologi Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta. Saat kuliah, dia aktif di himpunan mahasiswa jurusan dan lembaga penerbitan pers mahasiswa Sintesa Fisipol UGM. Dia lulus cumlaude dengan IPK 3,56 dan diwisuda pada 1 Desember 2004. Skripsinya berjudul Respon Masyarakat terhadap Keanekaragaman Ekspresi Busana Waria mendapat nilai A dari dosen penguji.

Ada banyak master batik di Indonesia. Namun, keahlian Shuniyya ini cukup langka. Hanya dengan sekali pandang, dia bisa menebak motif, asal daerah,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News