Shuniyya Ruhama, Perempuan Transgender yang Piawai Ilmu Batik
Deteksi Keaslian Batik dengan Meraba Kain
Minggu, 29 Januari 2012 – 05:05 WIB
Lulus dari UGM, Shuniyya aktif sebagai pembicara di berbagai forum dan seminar. Dia juga menulis buku yang jadi best seller berjudul Jangan Lepas Jilbabku. Dia memakai jilbab sejak duduk di bangku SMUN 4 Jogjakarta.
Sebagai aktivis transgender, keahlian orasi dan debat Shuniyya tidak perlu diragukan. Saat perhelatan kontes Putri Waria di Jakarta beberapa waktu lalu akan dibubarkan sekelompok orang dengan kedok ormas agama, Shuniyya tampil ke depan dan berargumen dengan mengutip beberapa hadis dengan fasih.
"Tahun 2009, aku kembali ke batik. Sebenarnya, ini hobiku sejak masih kecil," katanya. Tidak canggung ketika klien tahu Anda seorang transgender" "Oh, tidak ada masalah. Justru mereka salut. Bahkan, ada yang nggak cuma memborong batik, tapi juga minta bukuku," katanya, lalu tersenyum.
Shuniyya kini sedang mengembangkan motif batik Kendal. "Sekarang ini ada motif Laseman dari Rembang, motif Bakaran dari Pati, motif Kudusan dari Kudus, ada Demakan dari Demak, ada juga Semarangan dari Semarang. Nah, Kendal kok terlewat. Karena itu, saya coba buat," katanya.
Ada banyak master batik di Indonesia. Namun, keahlian Shuniyya ini cukup langka. Hanya dengan sekali pandang, dia bisa menebak motif, asal daerah,
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408