Shuniyya Ruhama, Perempuan Transgender yang Piawai Ilmu Batik
Deteksi Keaslian Batik dengan Meraba Kain
Minggu, 29 Januari 2012 – 05:05 WIB
"Seperti batik ini, namanya batik lawasan tiga negeri pagi sore. Cara mendeteksinya dari kainnya," kata Shuniyya. Kainnya khas karena dijahit dengan bahan dasar tiga kain yang dijahit atau digabung menjadi satu. "Saat itu era krisis moneter 1966. Jadi, para pembatik menghemat kain," tuturnya.
Shuniyya lantas mengambil sebuah kain batik berbentuk seperti sarung. Namanya batik Kedungwuni dari Pekalongan. Batik ini unik karena kain bagian luar dan dalam dibatik sama persis. Sangat halus. "Tidak ada istilah terbalik kalau bersarung dengan batik ini," katanya.
Shuniyya juga pernah mendapatkan batik kuno saat hunting di Jawa Timur. Namanya batik Alfiat. Dia mengklaim batik itu satu-satunya di dunia. "Ini pernah ditawar sampai 13 ribu dolar (sekitar Rp 117 juta), tapi tidak saya lepas," katanya.
Ada banyak master batik di Indonesia. Namun, keahlian Shuniyya ini cukup langka. Hanya dengan sekali pandang, dia bisa menebak motif, asal daerah,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408