Si Buta, Gajah, dan Penelitian

Si Buta, Gajah, dan Penelitian
Si Buta, Gajah, dan Penelitian

Seperti halnya cerita ketiga orang buta dan gajah tadi, jika seorang peneliti mampu mengombinasikan ketiga cara orang buta dalam memegang sang gajah maka akan melahirkan sebuah penelitian yang sangat menarik.

Bagi saya, menariknya dalam perjalanan penelitian ketika mampu melihat objek penelitian secara komprehensif, holistik dan sistematis. Jadi bukan hanya satu bagian saja seperti tubuh gajah atau ekor gajah saja, sehingga jika ditanya tentang potret gajah sejatinya jawabannya adalah gajah itu besar- hangat- empuk; panjang- keras; tinggi- kokoh.

Pandangan yang menyeluruh ini penting tidak hanya bagi seseorang yang sedang menjalani pendidikan doktor tetapi juga bagi peneliti lain hingga hasil temuannya dapat bermanfaat di bidangnya masing-masing.

Tentu apa yang disimpulkan oleh ketiga orang buta tentang gajah itu tidaklah sempurna dan tentu tidaklah mudah. Demikian pula dalam sebuah penelitian akan menghadapi berbagai tantangan dan keterbatasan.

Pengalaman saya, misalnya, membagi waktu untuk menjaga anak yang belum berusia sekolah ketika saya dan istri sama-sama menjadi mahasiswa PhD menjadi tantangan unik dalam perjalanan riset saya. Salah satu konsekuensinya ialah kami jarang ikut kegiatan akademik bersama, karena salah satunya harus mengurus urusan keluarga.

Namun di tengah kesulitan tersebut juga ada kemudahan. Dukungan pembimbing yang baik dan terarah, fasilitas pembelajaran yang bisa diakses di manapun dan kapanpun, dan juga dukungan akademik dari pihak kampus membuat riset saya dapat terlaksana.

Bagi saya, tugas yang berat ialah mengubah keterbatasan menjadi sebuah kekuatan atau cara dan jarak pandang yang lebih jauh, agar dapat melihat objek penelitian dari sudut pandang yang lebih luas pula.

Ibarat gajah yang besar- kuat- kokoh diharapkan dapat memberikan manfaat kepada kehidupan manusia, walaupun dihasilkan oleh orang buta namun berani berpendapat. Demikian pula peneliti menjalankan aktivitas penelitiannya menghabiskan waktu, tenaga, dan materi hanya untuk menghasilkan sebuah kesimpulan penelitian untuk dimanfaatkan oleh manusia.  

Menjalani pendidikan doktor (PhD) ibarat cerita sejumlah orang buta yang berdebat tentang seekor gajah. Begitu perumpamaan yang dirasakan Amirullah,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News