Siapa Membunuh Putri (10)

Beradu Headline, Oleh: Hasan Aspahani

Siapa Membunuh Putri (10)
Kolom Disway - Dahlan Iskan memuat tulisan Hasan Aspahani edisi Siapa Membunuh Putri. Foto/dok: Disway

Dia datang dengan sebotol besar minyak kayu putih dari Pulau Buru. Buat oleh-oleh katanya. "Saya Ferdy, Bang… Ferdy Tahitu," katanya, setelah mengucapkan salam dengan fasih.

Saya sedikit kaget dan bingung. Tak ada yang tahu tentang rumah ini, kecuali orang kantor, anak-anak yang bantu saya pindahan. Seorang kurus tinggi dengan rambut ikal kecil berdiri di depan pintu. ”Kita belum pernah bertemu. Tapi saya yakin saya ketemu orang yang baik,” katanya.

Saya yang malah ragu apakah tamu saya ini orang baik. Tapi saya persilakan Ferdy masuk. Konflik Ambon yang membuatnya sampai ke Batam. Ia datang bersama istri dan seorang anak.

”Saya Kristen, istri saya Islam. Abang bayangkan bagaimana posisi kami di tengah konflik yang terjadi di sana. Yang saling bunuh itu semua saudara-saudara kami semua, saudara saya, saudara istri saya,” kata Ferdy.

Setelah menikah, Ferdy tinggal di wilayah yang dikuasai oleh orang Islam. Ia bekerja di koran yang menyuarakan suara Islam. Di wilayah Kristen ada koran lain – koran dari grup kami juga – yang beritanya prokristen.

Selama konflik pecah dia tak berani keluar rumah. Ia juga tak mau tinggalkan anak dan istrinya pergi ke wilayah sebelah.

“Saya hanya berpikir bagaimana selamatkan keluarga saya, Bang. Selamatkan anak dan istri saya,” kata Ferdy. Lalu dia berpikir untuk tinggalkan Ambon Ia punya saudara di kota ini.

Katanya anak saudaranya itu pernah saya bantu. Ia dapatkan alamat saya dari saudaranya itu, seorang tokoh masyarakat Ambon di kota ini.

Kalau istri AKBP saja bisa hilang, dibunuh, gimana nasib puluhan ribu pekerja perempuan itu, Bang. Berapa Sandra lagi harus mati. Edisi siapa membunuh putri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News