Siapa Membunuh Putri (5)

Rapat Redaksi yang Kacau, Oleh: Hasan Aspahani

Siapa Membunuh Putri (5)
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - ”KAU pimpin rapat, ya!” kata Bang Eel kepadaku. Aku terkejut dan spontan menolak.

”Wah, kan, baru terima SK hari ini, Bang. Paling tidak abang umumkan dululah…”

”Kau umumkan sendirilah. Malas aku nanti ribut sama Jon,” kata Bang Eel.  “Aku ada rapat sama orang percetakan. Sekarang,” katanya.

Ia keluar kantor. Lalu dengan mobil kantor dia diantar ke Sagulung, tempat percetakan kami. Jaraknya lumayan jauh, seperti di sisi lain pulau ini.

Itulah jarak yang tiap malam bolak-balik ditempuh oleh teman-teman pracetak mengantar lembar film-film halaman koran, untuk dibikin pelat cetak dan kemudian masuk mesin cetak.

Jarak itu pula yang ditempuh teman-teman percetakan dengan mobil boks pembawa koran ke kota. Itu sebabnya, seperti kata Bang Eel, deadline adalah nabi kedua bagi orang koran.

Di ruang rapat, anak-anak redaksi sudah menunggu, termasuk Mas Jon.

Saya berusaha keras menyusun kata-kata untuk membuka rapat sebaik mungkin. Apa yang harus kukatakan? Bagaimana harus mengatakannya?  Ada beberapa wartawan senior selain Mas Jon, tandem dan mentor awalku di liputan lapangan, dan hari ini saya memimpin mereka dalam rapat redaksi.

Kalau cari dia, carilah di kafe-kafe dengan homeband yang memainkan rock. Karaoke Abigail jelas bukan habitat dia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News