Siapa Membunuh Putri (5)
Rapat Redaksi yang Kacau, Oleh: Hasan Aspahani
“Eel mana? Kok bukan dia yang mimpin rapat?” kata Jon, menggelegar, sebelum aku bicara.
Soal rapat di percetakan itu aku sampaikan sebagai alasan dan jawaban itu jadi pembuka yang mulus, pengantar pembuka rapat yang kusampaikan dengan lancar.
Tak ada yang tampak terlalu kaget. Beberapa spontan memberi ucapan selamat dan menyalamiku. Anak-anak desain bertanya soal apakah akan ada arahan dan kebijaksanaan desain baru, hal yang selama ini tak pernah dibicarakan, kata mereka.
Saya merasakan hal yang sama, maka saya usulkan ada rapat khusus desain setiap minggu, dan rapat kecil khusus desain tiap hari, di luar rapat redaksi.
Mereka tampak senang dan bersemangat. Merasa teperhatikan.
Saya menganggap desain sangat penting, bukan sekadar asal ada judul dan gambar atau foto. Ada logika dalam setiap keputusan kenapa halaman koran harus dibuat seperti ini atau seperti itu.
Dari divisi desain rasanya saya mendapat dukungan penuh dalam rapat pertama yang kupimpin itu, tetapi tidak di redaksi. Mas Jon langsung bertanya soal berita otopsi kehamilan Sandra yang sudah dia ributkan sejak sebelum rapat.
Andai saja rapat ini dipimpin Bang Eel, saya tak perlu memikirkan bagaimana menjawab ini. Apa kulemparkan saja tanggung jawab itu ke Bang Eel?