Siapa Membunuh Putri (5)

Rapat Redaksi yang Kacau, Oleh: Hasan Aspahani

Siapa Membunuh Putri (5)
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Tak enak juga rasanya, tetapi kesal juga, ketimpaan tanggung jawab yang seharusnya aku sendiri yang mempersoalkannya. Beginilah hidup itu, persoalan yang sama punya wajah yang berbeda apabila kita ada pada posisi yang lain.

Apa ini yang dimaksud oleh Bang Ado sebagai peringatan untuk berhati-hati sama Bang Eel? Toh, aku tak bisa lagi mengelak dari keharusan menjawab soal itu.

”Mas Jon, begini kebijakan kita. Saya yang dapat info itu dari dokkes polresta, dan dia tak mau dikutip sebagai sumber. Saya juga minta ditunjukkan dokumen hasil otopsinya, mereka bilang tak bisa menunjukkan. Kalau koran kita memutuskan tak memberitakannya lebih ke bentuk kehati-hatian kita. Kita perlu verifikasi fakta itu. Kalau ada sumber resmi yang mau dikutip namanya sebagai sumber, kita naikkan…,” kata saya mencoba sebijak mungkin.

”Kamu jangan ajari aku soal menulis berita, deh. Aku lebih pengalaman dari kamu, Dur!  Itu keputusan Eel, kan? Aku curiga sama dia, tidak usah kamu lindungi dia,” kata Mas Jon.

”Tadi malam kan masih dia yang mengedit berita halaman satu?” kata saya, dengan jawaban bersayap.

”Hari ini kita di lapangan diketawain orang, cuma kita yang tak memberitakan itu. Kamu tanya ini Yon. Iya kan, Yon?” kata Mas Jon.

”Iya, malu, kita. Bos!” kata Yon. Dia memanggil siapa saja dengan sapaan Bos.

Yon dirotasi ke pos liputan kriminal menggantikan saya.  Yon sebenarnya reporter yang masuk sedikit lebih dahulu daripada saya.

Kalau cari dia, carilah di kafe-kafe dengan homeband yang memainkan rock. Karaoke Abigail jelas bukan habitat dia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News