Siapa Membunuh Putri (7)

Kunci Kamar Kos, Oleh: Hasan Aspahani

Siapa Membunuh Putri (7)
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya terutama memikirkan barang-barang milik anak-anak panti. Bu Yani menyelamatkan semua barang penting, akta yayasan, komputer, buku-buku.

Saya bahkan lupa surat-surat berhargaku. Ijazahku, SK-ku yang baru, sertifikat, dan lain-lain tak ada yang tersisa. Kecuali kartu-kartu penting di dalam dompet.

Saya teringat judul buku Memoar Ajip Rosidi: Hidup Tanpa Ijazah. Dalam arti yang sebenarnya.

Beberapa wartawan datang, Yon ada di antara mereka. Tak mungkin saya suruh Bu Yani untuk menjawab mereka.

Aku mau tak mau temui mereka dan menjawab sekadarnya. Begini ya rasanya ditanya-tanya dengan pertanyaan tak bersimpati oleh wartawan di saat mengalami musibah.

Saya tahu saya tak bertanya seperti itu. Saya banyak menjawab dengan ”tak tahu”, karena memang banyak hal yang saya tak tahu kenapa ada orang mau membakar panti kami.

Saya membayangkan apa judul headline surat kabar di kota ini besok. Lucu juga membayangkan di Metro Kriminal judulnya: Panti Dilempar Bom Molotov, Ijazah Sarjana Wartawan Kriminal Ikut Terbakar!

Bang Jon yang sedang libur datang menemuiku, tak lama setelah api padam. Ia menolongku ke mana-mana berurusan dengan storm-nya. Juga mengantar anak-anak pada sore harinya ke Watuaji.

Saya tak banyak terlibat dalam urusan perempuan, hingga melewati tiga perempat usia dua puluhanku ini. Tapi saya tahu itu bisa jadi urusan yang rumit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News