Siapa Membunuh Putri (7)

Kunci Kamar Kos, Oleh: Hasan Aspahani

Siapa Membunuh Putri (7)
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Ia minta Nenia tinggal dengan mobil, supaya bisa antar saya hari itu ke mana-mana. Saya tak menolak, saya memang sedang perlu sekali perpanjangan kaki hari ini dan mungkin beberapa hari ini. Apalagi akan disopiri oleh Nenia (saya belum bisa menyetir).

Sebagai lelaki, saya merasakan ada kenyamanan bersama seseorang seperti dia ke mana-mana. Melayani, menemani, memastikan segala yang harus diselesaikan hari terlaksana dengan sebaik-baiknya.

Nenia mengambil peran itu selama menemaniku. Sedikit informasi tentang dia kudapatkan dari perbincangan di sela-sela urusan kami.

Dia bisa dikatakan masih kerabat Bang Jon, lulusan universitas negeri di Malang (ah, Malang lagi… saya teringat misi kedua kedatanganku ke kota ini, yang semakin tipis harapannya), baru saja tes terakhir untuk menjadi staf PR dan marketing di Hotel Nagata Plaza.

”Tinggal menunggu masuk,” kata Nenia dengan senyum dan kemerduan yang tak dibuat-buat dan membuat kemanisan wajah dia makin memikat.

Bang Eel juga datang ke panti. Dia bolehkan aku untuk tak masuk hari itu sampai urusan kebakaran beres.

Saya memperkenalkan Nenia kepada Bang Eel. Menceritakan serbasedikit apa yang kutahu, sekadarnya.

Bang Eel, tak mudah menyembunyikan perasaan. Ekspresif. Dia tampak amat tertarik padanya. Nenia kulihat tak terlalu nyaman.

Saya tak banyak terlibat dalam urusan perempuan, hingga melewati tiga perempat usia dua puluhanku ini. Tapi saya tahu itu bisa jadi urusan yang rumit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News