Sidang DPR
Oleh Dahlan Iskan
Itu sangat menarik --justru karena Tiongkok adalah negara komunis. Ternyata mereka lagi menyiapkan diri untuk menjadi negara komunis yang modern --yang kita belum tahu akan seperti apa.
Saya tentu akan terus mencari tahu. Juga akan mengkajinya. Apa saja perubahan di sana nanti setelah UU Sipil tersebut disahkan. Kalau saja tidak ada Covid-19 hampir pasti saya sudah di sana.
Yang jelas saat ini Tiongkok sudah sama sekali tidak berpegang pada Das Kapital-nya Karl Marx --kitab sucinya orang komunis yang ditulis oleh pendiri komunisme itu.
Komunisme itu awalnya hanya bertumpu pada satu kaki: buruh. Yang harus berjuang melawan majikan. Proletar melawan borjuis.
Ketika sampai ke Tiongkok, komunisme harus direvisi. Tidak banyak buruh pabrik di Tiongkok. Yang lebih banyak: petani. Yang tidak kalah miskinnya dengan buruh.
Maka komunis Tiongkok bertumpu pada dua kaki: buruh dan tani. Seperti yang kemudian diikuti oleh Partai Komunis Indonesia --almarhum.
Namun 30 tahun menganut komunisme membuat rakyat di Tiongkok tetap sengsara. Sampailah pada era kepemimpinan Deng Xiaoping, 1975.
Tahun lalu saya sempat ke museum kesengsaraan Deng Xiaoping di Nanchang. Saya juga sudah ke kampung kelahirannya di pedalaman Sichuan --antara kota Chengdu dan Chongqing.