Sidang Kasus Korupsi Timah, eks Direksi Sebut Operasional Smelternya Lebih Mahal

Sidang Kasus Korupsi Timah, eks Direksi Sebut Operasional Smelternya Lebih Mahal
Sidang kasus korupsi pengelolaan tata niaga komoditas timah di wilayah izin usaha pertambangan PT Timah Tbk. pada tahun 2015-2022 di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Senin (9/9/2024). Foto: ANTARA/Putu Indah Savitri/Am

jpnn.com, JAKARTA - Jajaran Mantan Direksi PT Timah mengungkapkan harga operasional milik PT Timah lebih mahal dibandingkan dengan smelter milik swasta.

Hal ini diungkpakan saat menjadi saksi persidangan dugaan kasus korupsi PT Timah dengan terdakwa Harvey Moeis yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) pada Kamis (3/10) kemarin.

Mantan Direktur Operasi Alwin Albar mengatakan dirinya pernah melakukan pengecekan pada 2017 bahwa biaya peleburan di PT Timah di luar bahan baku antara 5.500 hingga 6.000 US Dolar per ton logam timah.

"Kami pernah cek di akhir 2017 itu biaya di luar bahan baku totalnya 6.000an US Dolar, saya lupa detailnya, tidak ada dokumen disini," ucap Alwin.

Sementara itu, Eks Direktur Utama Mochtar Riza Pahlevi Tabrani juga menyebutkan biaya operasional yang besar itu salah satunya dari banyaknya karyawan PT Timah.

"Kami sepakat dengan biaya sewa waktu itu, saya sudah melihat komponen struktur biaya PT Timah selama berapa tahun terakhir ya memang kalau kita lihat di operasi harga pokok produksinya lumayan tinggi," kata dia.

Dia pun menjelaskan bahwa jumlah karyawan mencapai 4.400 orang, belum termasuk outsourcing.

"Belum outsourcing ada 2.000 dan itu sudah berlanjut dari jaman sebelumnya," tuturnya.

Jajaran Mantan Direksi PT Timah mengungkapkan harga operasional milik PT Timah lebih mahal jika dibandingkan dengan smelter milik swasta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News