Sidang Kasus Korupsi Timah, eks Direksi Sebut Operasional Smelternya Lebih Mahal

Sidang Kasus Korupsi Timah, eks Direksi Sebut Operasional Smelternya Lebih Mahal
Sidang kasus korupsi pengelolaan tata niaga komoditas timah di wilayah izin usaha pertambangan PT Timah Tbk. pada tahun 2015-2022 di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Senin (9/9/2024). Foto: ANTARA/Putu Indah Savitri/Am

Senada, Mantan Direktur Keuangan Emil Ermindra menyebut beban pokok pendapatan dari produksi logam timah berada di kisaran 5.500 hingga 6.000 US Dolar per ton di luar bahan baku.

"Secara pengalaman, beban pokok pendapatan itu antara 5500-6000an lebih," ujar Emil.

Dirinya juga pernah mencatat, pada 2017 biaya operasional smelter PT Timah untuk menghasilkan logam timah sebesar 6.200 US Dolar per ton.

Sedangkan, biaya sewa smelter PT Timah dengan smelter swasta hanya sebesar 4.000 US Dolar per ton logam.

Emil menyebut, jika ingin membandingkan dengan biaya sewa smelter swasta, biaya yang dikeluarkan PT Timah lebih besar.

"Jadi, kalau mau analisa apple to apple, harus komponennya sama. Kalau kami anggap biaya peleburan yang kami sewakan itu langsung mendapatkan logam, berarti ini beban pokok pendapatan untuk logam itu," jelas Emil. (mcr4/jpnn)

Jajaran Mantan Direksi PT Timah mengungkapkan harga operasional milik PT Timah lebih mahal jika dibandingkan dengan smelter milik swasta.

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News