Sido Mudik Sido Muncul

Sido Mudik Sido Muncul
Sido Mudik Sido Muncul
Kaget yang kedua kali saya mendengar bahasa dan pikiran Irwan Hidayat. Sambil membetulkan posisi kacamatanya di atas stage 50 cm itu, Irwan pun makin serius. Menurutnya, kota-kota seperti Surabaya, Semarang, Bandung, Solo, Jogja dan ibu kota provinsi lain harus dibangun yang hebat! Mendekati Jakarta, sebagai lokomotif regional.

Infrastruktur dulu yang dikebut, agar mereka bertumbuh menjadi "gula". Di mana ada gula, di situlah dikerubuti semut. Di mana ada kemajuan, dari situlah kotanya hidup. Makin banyak kota yang bersinar, maka niat untuk urbanisasi "pindah ke Jakarta" semakin kecil.

Karena, di kota-kota provinsi itu sudah banyak lapangan pekerjaan. Mereka menjadi lokomotif, yang menarik gerbong ekonomi regional. Sudah, percayalah! Kalau setiap kota itu maju, kelak mudik dari Jakarta itu secara otomatis dan alamiah, akan menurun sampai ke angka 2 jutaan. Mudik regional naik, seperti dari Jogja ke Magelang, Temanggung, Wonosobo. Dari Solo ke Wonogiri, Sragen, Boyolali, Klaten. Dari Semarang ke Kendal, Demak, Kudus, Grobogan, Pekalongan. Dari Surabaya ke Malang, Jember, Sidoarjo, Gresik, Lamongan. Jarak mudik itu cukup di bawah 100 kilometer.

Tidak seperti sekarang ini, harus melintasi jarak di atas 500 kilometer. Harus ditempuh 12-24 jam. Jumlah manusianya 8-9 juta. Waktunya hanya H-7 sampai H+5. Bisa dibayangkan, rumitnya mengatur moving jutaan manusia itu. Berapa biaya perjalanannya? Biaya komunikasi? Biaya transportasi? Oke, soal biaya, mungkin tidak menjadi soal, karena PDB masyarakat Indonesia sekarang sudah di atas USD 3.000 per kepala per tahun.

DI Lapangan Parkir JIEXPO Kemayoran, kemarin (25/8) pagi, saya dikejutkan oleh Irwan Hidayat dan adiknya Sofyan Hidayat. Mereka bertanya: "Kapan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News