Sido Mudik Sido Muncul

Sido Mudik Sido Muncul
Sido Mudik Sido Muncul
Yang menjadi soal, pertumbuhan panjang, lebar dan mutu jalan tidak signifikan. Tidak imbang. Pertambahan rel kereta api juga tidak mampu menampung kendaraan yang makin sesak. Arus lalin pun, semakin lemot. Masa tempuh makin bikin stres. Antara solusi dan masalah seolah susul menyusul, salip menyalip. Ujungnya sama, dari tahun ke tahun yang gitu-gitu aja. Problem yang di situ-situ saja. Nggak jauh-jauh. Siapapun pemerintahannya, tidak ada yang signifikan.

Hmm.. Masuk logika juga! Sofyan Hidayat menambahkan, contoh paling kasat mata, bisa dilihat, bisa dipelajari, bisa ditiru adalah Tiongkok. Kota Guilin, Provinsi Guangxi misalnya, dibangun hebat oleh pemerintah Tiongkok, sebelumnya sudah membesarkan Guangzhou, Shenzhen dan Macao. Dampaknya? Yang semula orang Hongkong ketakutan akan diserbu oleh urban-urban dari China Daratan, ---karena Hongkong terlalu maju, sejak berada di bawah koloni Inggris---, itu sama sekali tidak terjadi.

Mereka tak lagi tergiur oleh pencakar langit Hongkong, untuk melihat kemajuan, mencari pekerjaan, dan membangun bisnis. Di tiga kota di dekat Hongkong itu juga sama hebatnya. Sama opportunity-nya.

Tiongkok membangun 24 kota sama hebatnya, dalam kurun waktu bersamaan, sesuai karakter dan keunggulan geografisnya. Ada yang di daratan, ada yang di pesisir pantai. Dengan perencanaan hebat, dan keinginan keras untuk memajukan daerah, setelah 20 tahun, Beijing pun aman dari problem perkotaan bernama urbanisasi. Mengapa kita menutup mata dari sukses Tiongkok? Bukankah ada perintah Nabi, "Tuntutlah Ilmu meskipun sampai ke Negeri China."

DI Lapangan Parkir JIEXPO Kemayoran, kemarin (25/8) pagi, saya dikejutkan oleh Irwan Hidayat dan adiknya Sofyan Hidayat. Mereka bertanya: "Kapan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News