Sikap Bawaslu Dinilai Aneh
jpnn.com - JAKARTA - Sikap Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam rapat terbuka Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait penetapan daftar pemilih tetap (DPT) pemilu 2014, di Jakarta, Senin (4/11) malam, dinilai aneh.
Pasalnya, pada rapat pleno terbuka KPU 23 Oktober lalu, Bawaslu merekomendasikan KPU menunda penetapan DPT. Karena terdapat 10,8 juta data pemilih yang bermasalah.
Namun dalam rapat pleno, Senin malam, Bawaslu justru menyatakan maklum jika KPU segera menetapkan DPT. Padahal menurut Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, masih terdapat 10,4 juta data pemilih yang bermasalah.
"Kalau pun 10,4 juta data bermasalah yang masih tersisa itu temuan Bawaslu, berarti sejak 23 Oktober lalu hanya 400 ribu data yang berhasil dibersihkan. Tapi kenapa Bawaslu seolah-olah menyetujui penetapan DPT?" ujar Ray, di Jakarta, Selasa (5/11).
Atas sikap Bawaslu yang terkesan mendorong KPU menetapkan DPT di tengah ketidakjelasan kinerja KPU dalam mengelola DPT, menurut Ray, makin mendorong pendapat pentingnya lembaga ini kelak dievaluasi.
Alasannya, Bawaslu dibuat bukan untuk memahami bagaimana KPU telah bekerja keras. Tapi dibentuk untuk mencegah dan memastikan agar KPU dan peserta pemilu tidak melakukan pelanggaran peraturan pemilu.
"Tindakan Bawaslu memahami posisi KPU bukanlah menunjukan kearifan sikap. Tetapi justru menunjukan kebingungan akan posisi dan kewenangan dirinya," ujar Ray. (gir/jpnn)
JAKARTA - Sikap Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam rapat terbuka Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait penetapan daftar pemilih tetap (DPT) pemilu
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Pengamat Heran PDIP Protes Mega Ada di Stiker 'Mau Dipimpin Siapa?'
- Heboh Aparat Nyatakan Dukungan ke YSK, Pengamat: Pelanggaran Netralitas
- Korban Erupsi Gunung Lewotobi Tetap Bisa Gunakan Hak Pilih di Pilkada 2024
- Kejari Morowali Konfirmasi Pemanggilan Anwar Hafid Hoaks
- Hasto PDIP Nilai Prabowo Sosok Kesatria, Lalu Menyindir Jokowi
- Akun Medsos PJ Bupati Temanggung Diserang Warganet: Stop Cawe-Cawe