Simak, Komentar Drajad Terkait Relaksasi dan PMI Manufaktur Menurun

Simak, Komentar Drajad Terkait Relaksasi dan PMI Manufaktur Menurun
Doumentasi - Pemerintah melalui Bea Cukai terus berupayakan percepatan pengeluaran 26.514 kontainer yang tertahan di pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak. Foto: dok Bea Cukai

jpnn.com - JAKARTA - Ekonom senior Dradjad Wibowo mengomentari kebijakan relaksasi impor yang diambil pemerintah dan kaitannya bagi industri dalam negeri atau Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur yang masuk zona kontraksi (menurun).

Dia menilai, di satu sisi relaksasi membuat sebagian pelaku industri di dalam negeri kesulitan untuk bersaing.

Namun, menyalahkan relaksasi impor di sisi lain juga tidak menyelesaikan masalah. Karena tanpa relaksasi keberadaan kontainer di pelabuhan makin menumpuk.

"Ini masalah yang dilematis. Tanpa relaksasi impor kontainer akan menumpuk di gudang pelabuhan. Lalu lintas barang tersendat, inflasi naik. Rakyat sebagai konsumen dirugikan,” ujar Dradjad, Jumat (2/8).

Ekonom senior INDEF ini menilai pemerintah seharusnya bersama-sama mendisain kebijakan, sehingga antara pengembangan industri dalam negeri, perdagangan luar negeri, serta kepabeanan dan cukai dapat sejalan dan optimal.

Dia mencontohkan terkait regulasi impor, penting sejalan dengan konsumen dan produsen domestik sekaligus.

“Saya kira bea masuk antidumping bisa dilakukan untuk komoditi dengan kode HS tertentu. Apakah ada solusi teknis terhadap backlog di pelabuhan. Apakah solusi agar industri domestik lebih bersaing dan tidak hanya mengharapkan proteksi berlebihan,” ucapnya.

Drajad menilai membongkar ekonomi biaya tinggi dalam proses industri lebih besar manfaatnya dalam jangka menengah dan panjang dibanding buka tutup relaksasi dan restriksi impor.

Pakar ekonomi Drajad Wibowo mengomentari kebijakan relaksasi impor dan kaitannya bagi PMI manufaktur Indonesia yang menurun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News