Simak Pengakuan Mantan Teroris Bom Bali Ini
jpnn.com, JAKARTA - Pelibatan keluarga dalam aksi terorisme bukan hal baru. Peristiwa bom Bali II pada 1 Oktober 2005 lalu diketahui melibatkan satu keluarga, sama seperti bom bunuh diri di tiga gereja pada Minggu (13/5) dan Polresta Surabaya, Senin (14/5).
Pelaku bom Bali II terdiri dari kakak beradik masing-masing Ali Ghufron, Amrozi dan Ali Imron. Sementara pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, juga satu keluarga.
Masing-masing, Dita Oepriarto (suami, 47), Puji Kuswati (istri, 43), YF (anak, 18), FH (anak, 16) dan dua anak wanita yang masih berusia 12 dan 9 tahun.
Bedanya, pelaku bom Bali II terdiri dari satu keluarga yang telah dewasa, berusia di atas 20 tahun. Sementara bom bunuh diri Surabaya melibatkan istri dan anak usia belia.
Persamaan lain, pelaku melaksanakan perbuatannya dengan sangat terencana dan profesional. Terbukti, bom Bali II mengakibatkan 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka.
Sementara bom bunuh diri Surabaya mengakibatkan 13 orang tewas dan 43 orang lainnya luka-luka.
Dita merupakan pentolan Jamaah Ansarud Daulah (JAD). Dia merakit sendiri bom yang akan digunakan di kediamannya. Dita meledakkan diri dengan mengendarai mobil, menyerang Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno.
Sang istri, membawa kedua putrinya saat meledakkan diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro Surabaya. YF dan FH melakukan bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya.
Kasus bom bunuh diri di Surabaya menunjukkan bahwa jumlah teroris di Indonesia masih cukup banyak.
- Fadli Zon Singgung Kemerdekaan Palestina di Forum Parlemen Negara-Negara Islam
- Capim KPK Ali Imron Dapat Restu dari Tokoh Masyarakat Jateng
- Anak Polisi Korban Bom Surabaya Diterima Sebagai Bintara Polri
- Soroti Kemiskinan di Negara Islam, Indonesia Desak OKI Ambil Tindakan
- Al-Qur'an Dibakar di Swedia, Begini Reaksi OKI
- Kapan Ferdy Sambo Dieksekusi Mati? Ini Jawabannya, Jangan Kecewa, Dor!