Simak Pengakuan Mantan Teroris Bom Bali Ini
Dita dan keluarga diketahui bukan keluarga miskin. Mereka tinggal di kompleks perumahan menengah dan memiliki mobil serta sepeda motor yang digunakan dalam aksi bom bunuh diri.
Dari segi pendidikan, Dita juga diketahui pernah menimba ilmu di Universitas Airlangga, Surabaya, meski kemudian disebut drop out.
Menurut Imron, karena lahir dari sebuah ideologi, maka ketika Indonesia menjadi negara makmur sekalipun, terorisme akan tetap ada selama akar permasalahan tidak diselesaikan dengan baik.
"Jadi, bukan kemakmuran dan ketidakadilan semu yang kami inginkan. Artinya, sampai kiamat pun pemikiran itu (mengubah Indonesia) tetap ada," katanya.
Imron diketahui kini menjalani hukuman penjara seumur hidup. Sementara ITU dua saudaranya dijatuhi hukuman mati.
Fakta lain, kasus bom bunuh diri di Surabaya menunjukkan bahwa jumlah teroris di Indonesia masih cukup banyak.
Al Chaidar beberapa waktu menyebut ada ratusan anggota JAD yang bergerak ke Jakarta pascakerusuhan narapidana teroris di Rutan Salemba cabang Kelapa Dua, Depok, 9-10 Mei lalu.
Mereka bergerak karena ada seruan untuk membantu kerusuhan yang terjadi di Mako Brimob. Jumlah yang bergerak ke Jakarta tidak tanggung-tanggung.
Kasus bom bunuh diri di Surabaya menunjukkan bahwa jumlah teroris di Indonesia masih cukup banyak.
- Fadli Zon Singgung Kemerdekaan Palestina di Forum Parlemen Negara-Negara Islam
- Capim KPK Ali Imron Dapat Restu dari Tokoh Masyarakat Jateng
- Anak Polisi Korban Bom Surabaya Diterima Sebagai Bintara Polri
- Soroti Kemiskinan di Negara Islam, Indonesia Desak OKI Ambil Tindakan
- Al-Qur'an Dibakar di Swedia, Begini Reaksi OKI
- Kapan Ferdy Sambo Dieksekusi Mati? Ini Jawabannya, Jangan Kecewa, Dor!