Simak Penjelasan Sri Mulyani soal Momentum yang Masih Dini dan Rapuh

Simak Penjelasan Sri Mulyani soal Momentum yang Masih Dini dan Rapuh
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Ricardo

Ia menambahkan ekspor dan impor juga masih mengalami kontraksi di Kuartal II-2020. Bahkan, kata dia, ekspor yang sempat mengalami capaian positif pertama kali sejak empat kuartal terakhir, itu kemudian mengalami pembalikan kontraktif 11,7 persen.

Tadinya, kata Ani, pihaknya melihat di Kuartal I-2020 ada harapan ketika global economic recovery terjadi sehingga yang terlihat dalam kinerja ekspor mulai tumbuh positif meskipun hanya 0,2 persen.

"Namun itu adalah positif pertama dibanding 2019 yang hampir setiap kuartal adalah kontraktif kecuali Kuartal III-2019," jelas Ani.

Ia menambahkan impor juga demikian. Pada Kuartal I-2020 sudah -2,2 persen, dan Kuartal II-2020 terkontraksi lebih dalam lagi.

Menurutnya, hal ini juga yang memengaruhi purchasing managers index atau PMI Indonesia. "Karena impor terutama bahan baku dan barang modal menunjukkan aktivitas di sektor manufaktur kita," katanya.

Menurut Ani, pemerintah juga mengalami negatif gross pada Kuartal II-2020, yang disebabkan adanya penghentian seluruh kegiatan karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan work from home (WFH). "Sehingga seluruh belanja barang menjadi berhenti," ungkapnya.

Menurut Sri, di sisi lain pemerintah juga melakukan refocussing dan realokasi anggaran, serta perubahan APBN. Karena itu, katanya, pada Kuartal II-2020 mengalami shock dari sisi APBN dan keseluruhan aktivitas pemerintah untuk belanja.

Namun, Ani menjelaskan, adanya instruksi dari Presiden Joko Widodo dan perhatian Kabinet Indonesia Maju, pihaknya melakukan tracking belanja pemerintah.

Bu Sri Mulyani juga menjelaskan perlunya mewaspadai tahun basah yang tidak akan berjalan terus.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News