Simak Penjelasan Sri Mulyani soal Momentum yang Masih Dini dan Rapuh
"Bahkan minggu per minggu. Agustus ini kami sudah melihat gross-nya 8,8 persen month to month. Jadi sudah terjadi akselerasi dari belanja pemerintah sesudah seluruh belanja di taruh di dalam postur Perpres 72," ungkapnya.
Dari sisi demand, kata Ani, juga harus melihat apakah permintaan akan bisa pulih, yaitu yang mengalami kontraksi di sektor konsumsi, investasi, dan ekspor.
Menurut dia, kalau ekspor sangat tergantung dari global economic recovery. Karena itu, yang relatif bisa dikontrol pemerintah adalah yang di dalam negeri yakni konsumsi dan investasi.
Ani menjelaskan konsumsi dan investasi sangat bergantung pada confident. Terutama konsumsi kelas menengah ke atas yang confident terhadap masalah Covid-19 dan pengembalian aktivitas menjadi normal.
"Yang ini tentu tidak akan diperoleh sebelum Covid-19 betul-betul hilang dan bisa dikendaikan secara baik," kata dia.
Bu Ani menjelaskan dari sisi produksi sektor primer atau pertanian pada Kuartal II-2020 mengalami pertumbuhan positif.
Menurut dia, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa ini terjadi karena panen yang bergeser di Kuartal II-2020.
"Kami harap tahun ini relatif basah, maka pada Kuartal III masih akan ada monentum pertanian yang positif. Karena masa panen sudah dilakukan dan masa tanam sudah masuk. Ini nanti masuk Kuartal III-2020," jelasnya.
Bu Sri Mulyani juga menjelaskan perlunya mewaspadai tahun basah yang tidak akan berjalan terus.
- Menko Airlangga Bahas soal Insentif Kendaraan, Lalu Sebut Nama Sri Mulyani
- Sikap Keuangan
- Kemenkeu Satu
- Ekonom Percaya Kabinet Merah Putih Dipilih Berdasarkan Profesionalisme
- Profil & Rekam Jejak Sri Mulyani yang Kembali Memimpin Kemenkeu
- Natalius Pigai Sudah Bicara ke Sri Mulyani soal Anggaran Kementerian HAM